Selasa, 9 Februari 2010

LALU...DANAU PUN BERKOCAK...

Ada getar rindu

pada helai pelangi unggu

menanti saat ronanya

bergemerlap di simbah cahaya

lalu...danau pun berkocak...

tika bangau putih mencecah kakinya

menghirup air menghilang dahaga..

:Puspa Cendana



5 ulasan:

  1. salam pc
    permainan warna dalam puisimu mengkagumkan
    antara pelangi unggu dan bangau putih padaku punya pengertian yang mendalam yang perlu ditafsirkan...

    BalasPadam
  2. aahhh...kamu ni faziz...
    jangan memuji terlalu...
    adalah biasa jika dalam bicara tintaku
    bila pelangi dan ungu ku gores menjadi
    satu... lalu bayu pun mengolah rindu..

    BalasPadam
  3. aha ! berkocak pun danau

    adanya bangau putih yang bernama Keghairahan;
    ia terbang dari Gurun Gurun Utara;
    ia terbang membelah angkasaraya;
    ia terbang di atas sawah sawah padi;
    ketika ia datang mereka mengendap ngendap di balik semak.
    Di dalam seluruh Semesta bangau putih ini bersendirian kelihatan tidak bergerak: ia kelihatan hendak bergerak, sepertimana Matahari kelihatan bergerak;
    itulah lemahnya penglihatan kita.
    O jahil ! teriak engkau ? Amin.
    Daya adalah relatif:
    masih lagi Tiada Ada Pun yang tetap.
    terhadap Bangau Putih ini Aku tembak dengan panah;
    dadanya yang putih memancut darah.
    Manusia memukul saya;
    kemudian, barulah mengerti yang Aku hanyalah Penuh Dengan Hampa,
    mereka biarkan saya pergi.
    Sesungguh itu dan bukan dengan hal yang lain Aku datang... lalu danau pun berkocak.

    BalasPadam
  4. emm...begitu tuan empunya cerita...
    adakah kau sang bangau putih?
    yang mencecah kaki ke air...?
    lalu meninggalkan kocakan yang mengetir pada
    tebing danau yang keruh berlumpur?

    BalasPadam
  5. emm... begini

    pemburu sedang ber'mukim';
    tidak lama lagi... mereka akan sampai ke danau;
    siapa yang dulu sampai;
    jika ianya bukan aku malah engkau !:

    BalasPadam