Tika waktu berlalu..
mawar jingga pastikan layu..
kan gugur kelopak satu persatu
tiada lagi wangian tuk dihidu
walau pelangi merayu pilu
walau angin tetiba membeku....
Tika waktu berlalu...
pucuk rindu kering kekontangan
luruh sudah segala lilitan
membungkam jiwa dalam kesepian
merentang bebatuan ranjau kekusutan
kelam suram jalan kebenaran
tinggallah nyawa ..tinggallah intan..
redholah puteri kembali ke Pangkuan...
hanya kenangan kekal berpanjangan...
(buat anginretak dari p.a)
: Puspa Cendana
HAK CIPTA TERPELIHARA "PUSPA CENDANA QZH" Hak cipta terpelihara ke atas semua karya yang termuat di dalam laman blog ini. Semua hasil karya ditulis dan dihasilkan sendiri oleh penulis laman blog ini, PUSPA CENDANA QZH. Tidak dibenarkan mengeluar, mengambil, menciplak atau mengulang mana-mana karya yang terkandung dalam laman blog ini dalam apa juga bentuk dan cara - sama ada secara elektronik, fotokopi dan sebagainya tanpa mendapat izin bertulis daripada penulis.
Rabu, 24 Mac 2010
Suatu Waktu...
Suatu waktu...
bila gelora rasa terlalu
di kala mawar terkulai di puncak rindu
di kala pelangi tenggelam dalam sendu
pada siapakah mawar akan merayu
pada siapakah pelangi akan mengharu
pada siapakah putri akan mengadu?
Suatu waktu...
bila pungguk kehabisan lagu
jika bulan sinarnya beku
andai angin diselimuti duka
tidakkah pelangi akan tersedu
adakah mawar jingga akan layu
apakah putri ku terindu-rindu?
Suatu waktu...
adakah putri akan keluar dari lilitan
yang membungkus kelopak mawar jingga
lalu betiuplah angin kebenaran
yang menghimpit kesesatan belukar rasa...?
(dari anginretak utk p.a)
: Puspa Cendana
bila gelora rasa terlalu
di kala mawar terkulai di puncak rindu
di kala pelangi tenggelam dalam sendu
pada siapakah mawar akan merayu
pada siapakah pelangi akan mengharu
pada siapakah putri akan mengadu?
Suatu waktu...
bila pungguk kehabisan lagu
jika bulan sinarnya beku
andai angin diselimuti duka
tidakkah pelangi akan tersedu
adakah mawar jingga akan layu
apakah putri ku terindu-rindu?
Suatu waktu...
adakah putri akan keluar dari lilitan
yang membungkus kelopak mawar jingga
lalu betiuplah angin kebenaran
yang menghimpit kesesatan belukar rasa...?
(dari anginretak utk p.a)
: Puspa Cendana
Bulan Biru ..
...biar badai menghempas alam
biar gelora seluruh lautan
biar kabus membungkus malam
bulan biru tidak sekali membiarkan
jinggamu suram di lautan rasa
bulan biru akan mencengkam
sampan ratu di tengah lautan
mengalun di gelombang kasih dan sayang
terbuai asyik di pelabuhan menanti...
(dari anginretak untuk p.a)
: Puspa Cendana
biar gelora seluruh lautan
biar kabus membungkus malam
bulan biru tidak sekali membiarkan
jinggamu suram di lautan rasa
bulan biru akan mencengkam
sampan ratu di tengah lautan
mengalun di gelombang kasih dan sayang
terbuai asyik di pelabuhan menanti...
(dari anginretak untuk p.a)
: Puspa Cendana
Mencarik Mimpi
...Di pagi yang indah ini
anganku di langit tinggi
kembali mencari jati diri...
di pentas pelangi aku menari
mengapai igau yang tak ku mengerti
tercari-cari suara pungguk berlagu sepi
memang keterasingan melilit diri
pada pepenjuru waktu yang kosong
mmendakap rindu yang tidak terbendung
aahh...begitu rupa semesta mencarik mimpi
: Puspa Cendana
anganku di langit tinggi
kembali mencari jati diri...
di pentas pelangi aku menari
mengapai igau yang tak ku mengerti
tercari-cari suara pungguk berlagu sepi
memang keterasingan melilit diri
pada pepenjuru waktu yang kosong
mmendakap rindu yang tidak terbendung
aahh...begitu rupa semesta mencarik mimpi
: Puspa Cendana
PERHENTIAN
Pada perhentian ini
pungguk terkedu sendiri
Pelangi suram lagi
pungguk intai pelangi
dibalik ufuk mimpi
tercari-cari
ternanti-nanti
apakah pelangi mula menyendiri
adakah pelangi sedang mengusap sepi
atau hanya pungguk mengigau pagi...
(dari anginretak buat p.a)
: Puspa Cendana
pungguk terkedu sendiri
Pelangi suram lagi
pungguk intai pelangi
dibalik ufuk mimpi
tercari-cari
ternanti-nanti
apakah pelangi mula menyendiri
adakah pelangi sedang mengusap sepi
atau hanya pungguk mengigau pagi...
(dari anginretak buat p.a)
: Puspa Cendana
...hanya secarik rasa..
Pada secarik rasa yang menerpa
pungguk sedikit tersedu
mawar jingga seakan mahu berhenti memalu
irama pelangi menerpa di bulan biru...
Pada pelangi
mungkin pungguk hanyalah tetamu kalbu
hadirnya sekadar angin beku
yang tak bisa berbuat sesuatu
sekadar mengalunkan lagu rindu
adilkah itu...
(dari anginretak utk p.a)
:Puspa Cendana
pungguk sedikit tersedu
mawar jingga seakan mahu berhenti memalu
irama pelangi menerpa di bulan biru...
Pada pelangi
mungkin pungguk hanyalah tetamu kalbu
hadirnya sekadar angin beku
yang tak bisa berbuat sesuatu
sekadar mengalunkan lagu rindu
adilkah itu...
(dari anginretak utk p.a)
:Puspa Cendana
Khamis, 18 Mac 2010
Waktu Pertemuan Itu...
Waktu pertemuan itu
kita sebuat satu-satu ....
Waktu pertemuan itu
kita saling tunduk malu...
Waktu pertemuan itu
ada rajuk yang menghela nafasmu.
Waktu pertemuan itu
sepurnama rindu mengebu..
Waktu pertemuan itu
tasbih cinta pun berpadu..
Pada satu lafaz
dalam warkah yang tersurat..
: Puspa Cendana
kita sebuat satu-satu ....
Waktu pertemuan itu
kita saling tunduk malu...
Waktu pertemuan itu
ada rajuk yang menghela nafasmu.
Waktu pertemuan itu
sepurnama rindu mengebu..
Waktu pertemuan itu
tasbih cinta pun berpadu..
Pada satu lafaz
dalam warkah yang tersurat..
: Puspa Cendana
Rabu, 17 Mac 2010
SIAPA?
Tidak aku peduli awan yang berlalu
mahupun angin yang mendayu,
kerna nadiku berdenyut..
tika pelangiku kau rayu,
tanpanya jiwaku kontang berdebu
tidak mungkin akan bersatu...
selagi jiwaku terkunci di ufuk waktu.
Petikan gitar mengalun merdu
membuai rasa menghangat rindu
biar terpahat di penjuru kalbu
alam semesta turut berlagu
mendung berarak, sepi berlalu
begitu aku tertunggu-tunggu..
siapa gerangan mengetuk kota hatiku...
: Puspa Cendana
mahupun angin yang mendayu,
kerna nadiku berdenyut..
tika pelangiku kau rayu,
tanpanya jiwaku kontang berdebu
tidak mungkin akan bersatu...
selagi jiwaku terkunci di ufuk waktu.
Petikan gitar mengalun merdu
membuai rasa menghangat rindu
biar terpahat di penjuru kalbu
alam semesta turut berlagu
mendung berarak, sepi berlalu
begitu aku tertunggu-tunggu..
siapa gerangan mengetuk kota hatiku...
: Puspa Cendana
KEMELUT..
Telah terlurut segala resah
menghampar di lautan yang membadai
harungi kemelut ..redahi duri merentang
pada pelangi di kaki langit...
yang rona jingganya kian berbalam...
semarak wangian terhambur seluruh alam..
biar biru bulan pun tersenyum malu
bersama sepoi angin yang merayu..
pada dekap dakap di dada malam..
lalu semilir rasa pun layu..
: Puspa Cendana
menghampar di lautan yang membadai
harungi kemelut ..redahi duri merentang
pada pelangi di kaki langit...
yang rona jingganya kian berbalam...
semarak wangian terhambur seluruh alam..
biar biru bulan pun tersenyum malu
bersama sepoi angin yang merayu..
pada dekap dakap di dada malam..
lalu semilir rasa pun layu..
: Puspa Cendana
Sabtu, 13 Mac 2010
...kerna dia pemburu....
Dari desiran angin yang mendayu
kebuntuan...
kerna ketentuan yang datang menyapa..
tak bisa di hidu
bicara kelu...
longlai dan layu
dek ketentuan waktu
akan terusap tiap yang bercelaru
kerna dia pemburu...
dan pastinya pungguk terus berlagu
tapi adakah pelangi akan merindu...
dalam kefana'an..
tinta yang melebur sayap rindu
ada untaian semalu kasih di hamparan cemburu..
mengitari lingkaran waktu..
walau sayup sepi sembunyi pada rona unggu.
: Puspa Cendana
kebuntuan...
kerna ketentuan yang datang menyapa..
tak bisa di hidu
bicara kelu...
longlai dan layu
dek ketentuan waktu
akan terusap tiap yang bercelaru
kerna dia pemburu...
dan pastinya pungguk terus berlagu
tapi adakah pelangi akan merindu...
dalam kefana'an..
tinta yang melebur sayap rindu
ada untaian semalu kasih di hamparan cemburu..
mengitari lingkaran waktu..
walau sayup sepi sembunyi pada rona unggu.
: Puspa Cendana
Khamis, 11 Mac 2010
Puteri Arisa Puspa Cendana...
Puteri Arisa Puspa Cendana..
dua nama satu jiwa
bagai gelak dengan ketawa
tidak terpisah walau ke mana
di pelangijingga dia bertakhta
menjunjung duli , sudi apa kiranya..
Puput bayu mencengkam rasa
duhai si anginretak belahan jiwa
mana janji, mana sumpah setia
yang kau lafaz tika bicara
juga tika pelangiku kau rayu , kau puja..
hingga terbit jambatan rindu...
terus tembus dalam kalbu...
: Puspa Cendana
dua nama satu jiwa
bagai gelak dengan ketawa
tidak terpisah walau ke mana
di pelangijingga dia bertakhta
menjunjung duli , sudi apa kiranya..
Puput bayu mencengkam rasa
duhai si anginretak belahan jiwa
mana janji, mana sumpah setia
yang kau lafaz tika bicara
juga tika pelangiku kau rayu , kau puja..
hingga terbit jambatan rindu...
terus tembus dalam kalbu...
: Puspa Cendana
PUTERIKU III
Tinta za'faran bertatah intan
Terukir indah jadi hiasan
Salam bermadah hamba ucapkan
Kalam nan sumbang pohon dimaafkan
Bulan parbani tersenyum indah
Pungguk menyanyi tinggi di awan
Terungkai Alfatihah di atas sejadah
Mampukah kita semarakkan iman
Lukisan masa tika tersemban
Jadi ingatan sepanjang zaman
Banjir di hati karam di ingatan
Usaplah perasaan di pinggiran taman
Tabir malam mengusap sepi
Senyap dan sunyi nyanyian hati
Pilu dan pedih tidak bertepi
Berselimut duka karamlah hati
Puteri bunian mengarang bunga
Untuk hiasan putra kayangan
Bicara naluri santapan bersama
Arisa umpama merak kayangan
Hiba dan rawan kusut tersimpul
Menangislah kalbu terjeruk sakan
Hamba sebilah golok yang tumpul
Tersasul laluan pohon dimaafkan.
(puisi buat arisa dari "anginretak")
Terukir indah jadi hiasan
Salam bermadah hamba ucapkan
Kalam nan sumbang pohon dimaafkan
Bulan parbani tersenyum indah
Pungguk menyanyi tinggi di awan
Terungkai Alfatihah di atas sejadah
Mampukah kita semarakkan iman
Lukisan masa tika tersemban
Jadi ingatan sepanjang zaman
Banjir di hati karam di ingatan
Usaplah perasaan di pinggiran taman
Tabir malam mengusap sepi
Senyap dan sunyi nyanyian hati
Pilu dan pedih tidak bertepi
Berselimut duka karamlah hati
Puteri bunian mengarang bunga
Untuk hiasan putra kayangan
Bicara naluri santapan bersama
Arisa umpama merak kayangan
Hiba dan rawan kusut tersimpul
Menangislah kalbu terjeruk sakan
Hamba sebilah golok yang tumpul
Tersasul laluan pohon dimaafkan.
(puisi buat arisa dari "anginretak")
PUTERIKU II
Puteri ku ini menjeruk rasa
pada selangkah duka yang datang melanda
dapat ku rasakan petaka apa yang menerpa
kiranya duka nestapa mu dapat ku hela
terpanah lebur terbongkah rasa
Puteriku
betapa terasa suramnya suria
diiringi mendung durjana yang menyekat bicara
tika sinarmu memalingkan muka
pudarlah keindahan pelangiku
tika kalammu terkunci fana
pada siapa pungguk akan berlagu
Puteriku
pastinya saatnya kan tiba jua
untuk kita leburkan kemaruk jiwa
memuntahkan lahar penyejuk rasa
agar pungguk berlagu bersulamkan mutiara
menggegar semesta dek gelodak bicara.
(khas untuk arisa oleh "anginretak")
pada selangkah duka yang datang melanda
dapat ku rasakan petaka apa yang menerpa
kiranya duka nestapa mu dapat ku hela
terpanah lebur terbongkah rasa
Puteriku
betapa terasa suramnya suria
diiringi mendung durjana yang menyekat bicara
tika sinarmu memalingkan muka
pudarlah keindahan pelangiku
tika kalammu terkunci fana
pada siapa pungguk akan berlagu
Puteriku
pastinya saatnya kan tiba jua
untuk kita leburkan kemaruk jiwa
memuntahkan lahar penyejuk rasa
agar pungguk berlagu bersulamkan mutiara
menggegar semesta dek gelodak bicara.
(khas untuk arisa oleh "anginretak")
Oh Pungguk Yang Berlagu....
Jangan pungguk berlagu pilu
bukan sengaja puteri membisu
dalam menyeka badai yang mmendesah
keterpaksaan menongkah arus resah
yang terlilit pada hati nan gundah
bolehkan puteri menyerah kalah?
Oh pungguk yang sedang berlagu
alunan merdu suaramu mengetir sukma
rayulah kau pada pelangiku
yang kau gegar pada rindunya
agar lebur kemaruk jiwa
biar libasan tinta memecah bicara..
Bila mendung merona kelabu
itu petanda gejolak rindu pelangiku terlalu
biar kukirim di angin lalu..
segala-gala resah dan segala-gala gundah...
agar pungguk tidak terus tersedu...
: Puspa Cendana
bukan sengaja puteri membisu
dalam menyeka badai yang mmendesah
keterpaksaan menongkah arus resah
yang terlilit pada hati nan gundah
bolehkan puteri menyerah kalah?
Oh pungguk yang sedang berlagu
alunan merdu suaramu mengetir sukma
rayulah kau pada pelangiku
yang kau gegar pada rindunya
agar lebur kemaruk jiwa
biar libasan tinta memecah bicara..
Bila mendung merona kelabu
itu petanda gejolak rindu pelangiku terlalu
biar kukirim di angin lalu..
segala-gala resah dan segala-gala gundah...
agar pungguk tidak terus tersedu...
: Puspa Cendana
TUNGGULAH...
Mungkin hari ini tidak seceria semalam....
tunggulah....
kapan kita mencorak rasa....
akan terlebur segala duka..
tunggulah...
andai puteri ini bisa menyejuk jiwa...
pasti akan semarak semesta nuansa...
tunggulah....
: Puspa Cendana
PUTRIKU...
Putriku
Mengapa deruan angin tak seindah dulu
Purnama malam dingin membeku
Nyanyian hati pun tak semerdu dulu
Apakah embun dah mula membeku
Putriku
Dulu-dulu
Pungguk hanya pandai berlagu
Tiada gendang untuk dipalu
Pun begitu
Pungguk tetap memburu
Untuk melengkapkan irama syahdu
Juga meledakkan gelora rindu
Putriku
Palulah ia agar pungguk tidak tersedu...
(puisi buat arisa dari "anginretak")
Mengapa deruan angin tak seindah dulu
Purnama malam dingin membeku
Nyanyian hati pun tak semerdu dulu
Apakah embun dah mula membeku
Putriku
Dulu-dulu
Pungguk hanya pandai berlagu
Tiada gendang untuk dipalu
Pun begitu
Pungguk tetap memburu
Untuk melengkapkan irama syahdu
Juga meledakkan gelora rindu
Putriku
Palulah ia agar pungguk tidak tersedu...
(puisi buat arisa dari "anginretak")
Labels:
Rindu
Ahad, 7 Mac 2010
Helai Demi Helai.....
Helai demi helai daun waktu kita tinggalkan
dari dahan kehidupan..
tika itu,
benih usia di semai dalam tasik malakut...
tersimpan dalam prasa yang tetap.
Tapak demi tapak kita tinggal buat jejak..
dari benak terhampar jadi memori..
andai ada penjejak waktu
menitip nostalgia pada rona-rona kehidupan di depan...
pasti bertunas kembali daun-daun baru yang hilang.
Hingga semesta bergulung...
pada tiupan seruliling Agong
maka...
terhentilah helai-helai daunan itu.
: Puspa Cendana
dari dahan kehidupan..
tika itu,
benih usia di semai dalam tasik malakut...
tersimpan dalam prasa yang tetap.
Tapak demi tapak kita tinggal buat jejak..
dari benak terhampar jadi memori..
andai ada penjejak waktu
menitip nostalgia pada rona-rona kehidupan di depan...
pasti bertunas kembali daun-daun baru yang hilang.
Hingga semesta bergulung...
pada tiupan seruliling Agong
maka...
terhentilah helai-helai daunan itu.
: Puspa Cendana
Labels:
KIASAN
Khamis, 4 Mac 2010
Alam Yang Masih Bergetar
Tika ini..hati penuh marah
tika ini.. hati penuh benci
tika ini.. hati penuh dendam
kenapa?
di penjuru masa sana
ada bicara menikam belakang
hingga..tembus ke dada..
tusukan berbisa yang lukanya..
tidak berdarah..
Bila roda alam berputar
mungkin terhakis segala kudis
namun hitamnya lumpur menyalut masa..
tidak bisa mencorak jernih
apa yang terurai tika alam bergetar....
: Puspa Cendana
tika ini.. hati penuh benci
tika ini.. hati penuh dendam
kenapa?
di penjuru masa sana
ada bicara menikam belakang
hingga..tembus ke dada..
tusukan berbisa yang lukanya..
tidak berdarah..
Bila roda alam berputar
mungkin terhakis segala kudis
namun hitamnya lumpur menyalut masa..
tidak bisa mencorak jernih
apa yang terurai tika alam bergetar....
: Puspa Cendana
Labels:
SINIS
Rabu, 3 Mac 2010
PENTAS INI
Pentas kehidupan
yang kita teroka lamannya
yang kita selusuri lembah dan lurahnya
yang kita harungi badai kencananya
yang kita usung segala pahit maungnya
yang terkadang ..
kedukaan membawa seribu rahmat
mengalir segala nikmat...
Pentas ini
kita jelejah bersama
kita tebas segala belantara
kita carik bumiNya
kita junjung langitNya
ada kita syukur padaNya?
megahnya kita ..
hingga mata kanan tidak nampak mata kiri
batu pun di sepak angkuh...
: Puspa Cendana
yang kita teroka lamannya
yang kita selusuri lembah dan lurahnya
yang kita harungi badai kencananya
yang kita usung segala pahit maungnya
yang terkadang ..
kedukaan membawa seribu rahmat
mengalir segala nikmat...
Pentas ini
kita jelejah bersama
kita tebas segala belantara
kita carik bumiNya
kita junjung langitNya
ada kita syukur padaNya?
megahnya kita ..
hingga mata kanan tidak nampak mata kiri
batu pun di sepak angkuh...
: Puspa Cendana
Labels:
rasa
BAYANGAN
Semilir bayu yg meresah kalbu
pada keping-keping dosa
menongkah deras arus kehidupan
meniti pada lorong pembohongan
menujah kesan-kesan kelukaan
tersemat kemas di perdu sukma..
yang penuh kebosanan..
kapan segala memori kan padam..
bebayang hitam tetap mengekori
ke setiap inci...
langkah kaki..
: Puspa Cendana
pada keping-keping dosa
menongkah deras arus kehidupan
meniti pada lorong pembohongan
menujah kesan-kesan kelukaan
tersemat kemas di perdu sukma..
yang penuh kebosanan..
kapan segala memori kan padam..
bebayang hitam tetap mengekori
ke setiap inci...
langkah kaki..
: Puspa Cendana
Labels:
resah
Selasa, 2 Mac 2010
Jangan Kau Bisu Dan Kaku....
Jangan kau bisu dan kaku
bikin aku keliru
bikin aku gundah terlalu
bikin aku resah tidak menentu..
Jangan kau bisu dan kaku
andai aku rindumu
andai aku kasihmu
andai aku cintamu...
mengapa membiar aku ..
menunggumu dalam dunggu..
: Puspa Cendana
bikin aku keliru
bikin aku gundah terlalu
bikin aku resah tidak menentu..
Jangan kau bisu dan kaku
andai aku rindumu
andai aku kasihmu
andai aku cintamu...
mengapa membiar aku ..
menunggumu dalam dunggu..
: Puspa Cendana
Labels:
keliru
Isnin, 1 Mac 2010
TIKA BULAN MENGAMBANG
Bulan mengambang pungguk menari
hati nan rawan sukar di ubati
berkeluh kesah ke sana ke mari
bergolak golek ..menghempas diri
mencari bayangan sendiri...
di balik maya ini..
Tika rangbulan terang berseri
jiwa menguncup kembali bersemi
menadah hangat kasih yang diuji
membelah badai ..
menelusuri liku berduri..
tiada keringnya gerimis di hati..
Mawar jingga empunya diri
bergetar mewangi andai di dekati
sentiasa bertabir di balik cerminan
biar tingkah lenggoknya bukan mainan...
: Puspa Cendana
hati nan rawan sukar di ubati
berkeluh kesah ke sana ke mari
bergolak golek ..menghempas diri
mencari bayangan sendiri...
di balik maya ini..
Tika rangbulan terang berseri
jiwa menguncup kembali bersemi
menadah hangat kasih yang diuji
membelah badai ..
menelusuri liku berduri..
tiada keringnya gerimis di hati..
Mawar jingga empunya diri
bergetar mewangi andai di dekati
sentiasa bertabir di balik cerminan
biar tingkah lenggoknya bukan mainan...
: Puspa Cendana
Labels:
KIASAN
HARI INI..
Hari ini,
Kau lanjutkan lagi nyawaku
hingga aku bisa bergerak..
ke sana..ke mari...
mencari sesuap nasi...
Hari ini,
menginjak naik setangga usia
melangkaui batas abad
yang aku mahu selamanya..
jika aku bisa menongkat langit..?
mengapa tidak?
Hari ini,
nyawa yang melewati senja
bagai melabuh tabirnya
aku masih begini...
masih perlu dipimpini..
Hari ini,
rinduku belum terhenti
walau sepi sering meladini
di kota hati yang terkunci...
biar ia perlahan...
bertaut kembali..
: Puspa Cendana
Kau lanjutkan lagi nyawaku
hingga aku bisa bergerak..
ke sana..ke mari...
mencari sesuap nasi...
Hari ini,
menginjak naik setangga usia
melangkaui batas abad
yang aku mahu selamanya..
jika aku bisa menongkat langit..?
mengapa tidak?
Hari ini,
nyawa yang melewati senja
bagai melabuh tabirnya
aku masih begini...
masih perlu dipimpini..
Hari ini,
rinduku belum terhenti
walau sepi sering meladini
di kota hati yang terkunci...
biar ia perlahan...
bertaut kembali..
: Puspa Cendana
Labels:
KIASAN
Langgan:
Catatan (Atom)