Khamis, 11 Mac 2010

PUTERIKU II

Puteri ku ini menjeruk rasa
pada selangkah duka yang datang melanda
dapat ku rasakan petaka apa yang menerpa
kiranya duka nestapa mu dapat ku hela
terpanah lebur terbongkah rasa

Puteriku
betapa terasa suramnya suria
diiringi mendung durjana yang menyekat bicara
tika sinarmu memalingkan muka
pudarlah keindahan pelangiku
tika kalammu terkunci fana
pada siapa pungguk akan berlagu

Puteriku
pastinya saatnya kan tiba jua
untuk kita leburkan kemaruk jiwa
memuntahkan lahar penyejuk rasa
agar pungguk berlagu bersulamkan mutiara
menggegar semesta dek gelodak bicara.


(khas untuk arisa oleh "anginretak")

1 ulasan:

  1. mengupas-bawang

    Alam Semesta adalah Gurauan secara Amnya bila dapat di Belanjakan secara Khususnya,
    kata PUSPA CENDANA, lalu tertawa.
    tetapi pengikut terdekat dengannya meratap,
    melihatkan Semesta Bersedih.
    pengikut yang disebelahnya tertawa, melihatkan Semesta Bergurau.
    di bawah pengikut ini meratap pula.
    di bawahnya pula tertawa.
    sebelahnya meratap.
    sebelahnya pula tertawa.
    sebelah yang lain meratap.
    sebelah yang lain dari ini tertawa.
    akhirnya datang yang meratap sebab mereka tidak dapat melihat Gurauan,
    dan sebalik dari mereka yang tertawa pula takut takut sepatutnya di ajar untuk tidak melihat Gurauan,
    dan berfikir ianya selamat untuk meniru gaya seperti PUSPA CENDANA.
    tetapi sesungguhnya PUSPA CENDANA tertawa terbahak bahak secara terbuka,
    Dia juga pada masa yang sama meratap di dalam diam diam;
    dan di dalam Dirinya Sendiri Dia tiada tertawa bahkan meratap.
    bahkan Dia tidak bermaksud dengan apa yang Dia cakapkan.

    BalasPadam